Seperti Anak Kecil Kehilangan Uang

Saya di PKU, istri di Bandung. Dari pagi-pagi tadi, ia memberi warta. “Ada pengajian Ustaz Adi Hidayat nanti malam,” katanya sambil menyebutkan sebuah masjid. Lumayan jauh dari rumah. Ia meminta izin untuk menghadiri. Tentu saja saya mengizinkan.

Ia memang ngefans sekali kepada UAH. Maka ketika tadi pagi meminta izin ke saya, ia semangat sekali. Ketika diizinkan oleh suaminya, ia girang bukan kepalang.

Tadi ia juga bercerita bahwa Minggu kemarin juga sebenarnya ada pengajian UAH. Di sebuah masjid yang lebih dekat daripada yang sekarang. Masjid itu berada area trans studio mal (TSM). Tapi ia tahunya belakangan. Padahal Minggu itu kami ke mal itu. Nonton dan jalan-jalan. Ia kecewa sekali kenapa tidak tahu sedang ada UAH di situ saat itu.

Baru saja ia memberi kabar. Sudah di lokasi pengajian. Ia kirim video suasana pengajian. Sembari itu ia masih saja meratapi kenapa Minggu kemarin sampai tidak tahu ada pengajian di masjid TSM. Kalau Minggu itu datang kan jadi dua kali ia ketemu UAH, mungkin itu yang ada di benaknya.

Saya jadi teringat cerita. Anak kecil menangis karena kehilangan uang seribu. Oleh mamanya dikasih uang seribu sebagai ganti agar berhenti menangis.

Alih-alih berhenti, anak kecil itu makin kencang menangisnya. Ditanya oleh mamanya kenapa nangisnya tambah keras. “Coba kalau uangnya gak hilang, kan jadi punya dua ribu,” jawab anak itu sambil terus menangis.

Tanpa kita sadari, kita pun terkadang berlaku demikian. Ketika kita mendapat suatu kemalangan, kita akan mendapat hikmah setelahnya. Namun terkadang kita terus saja meratapi kemalangan itu. Padahal telah diganti oleh Tuhan dengan yang lebih baik.

Pekanbaru, 27 Januari 2024

Tinggalkan komentar