Atas Nama Musa, Kami Bahagia

Libur panjang bagi kaum perantau seperti saya adalah sesuatu yang sangat dinanti-nanti. Keluarga yang selama ini bercerai-berai, pada liburan panjang berkesempatan untuk kumpul. Apalagi jika ditambah dengan cuti. Maka inilah yang terjadi pada liburan plus cuti pekan lalu.

Pada Sabtu, 4 Februari 2024, anak saya yang berdinas di Jambi ke Bandung bersama istri dan anaknya. Saya sudah lebih dulu sampai di Bandung dari Pekanbaru malam Sabtu.

Ini adalah kunjungan perdana cucu saya, Musa, yang Februari ini memasuki usia ke sembilan bulan. Berbagai persiapan telah dilakukan jauh-jauh hari. Persiapan di Jambi oleh kedua orang tuanya, pun di Bandung oleh kakek dan neneknya. Mulai perlengkapan yang mesti dibawa dari kota asal, atau disiapkan di kota tujuan. Baik perlengkapan mandi, perlengkapan makan, pakaian, dan yang lainnya.

Saya, istri, dan si bungsu menjemput mereka di bandara Soetta. Detik-detik menunggu mereka keluar dari pintu kedatangan merupakan waktu yang penuh ketegangan. Saat kemudian dari kejauhan terlihat anak saya keluar sembari menggendong Musa, disusul oleh menantu, hati saya melonjak kegirangan. Istri saya apalagi. Ia berteriak histeris layaknya penggemar artis Korea menyambut idolanya.

Di mobil, sepanjang perjalanan dari Soetta ke Bandung, kami penuhi dengan saling bercerita. Diiringi dengan baku canda dan tawa. Ditimpali dengan celoteh Musa yang entah apa maksudnya. Hati-hati kami dipenuhi bunga-bunga.

Selama di rumah Bandung pun begitu, penuh suka cita. Meskipun banyak diselingi kerepotan-kerepotan khas menghadapi anak bayi. Semisal pagi-pagi buta harus mempersiapkan dan membuat makanannya. Anak-menantu tak mau memberikan Musa makanan instan. Saya dan istri bergantian menggendong Musa yang lumayan berat bagi tubuh kami yang sudah mulai renta dimakan usia. Dan kerepotan-kerepotan lainnya.

Saya yang biasanya saat libur selepas salat subuh tidur kembali dan bangun siang, selama ada Musa tetap melakoni kebiasaan buruk itu. Haha…

Beberapa tempat wisata dan mal, kami kunjungi. Maka kerepotan sekaligus kebahagiaan berpindah, dari rumah ke tempat yang dituju. Segala perlengkapan makan dibawa. Termasuk alat masak saat menginap di hotel. Tak ketinggalan kereta dorong bayi.

Bagi saya, istri, dan kedua anak kami, tempat-tempat yang kami tuju sudah tak asing. Sekadar menapaktilasi. Beberapa tempat, bagi menantu merupakan kunjungan yang pertama. Hal yang paling kami syukuri adalah, di setiap kunjungan, Musa terlihat sangat menikmati. Keceriaan menikmati tempat-tempat wisata itu melampaui usianya.

Maka kami pun bahagia, melampaui segalanya. Rasa syukur senantiasa kami langitkan kepada Dzat Pemberi Segalanya. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah.

Pekanbaru, 18 Februari 2024

Tinggalkan komentar